Genetically Modified Organisms / GMO's I
Catatan hari ini, yang kudapat dari hasil diskusi dengan teman-teman di bawah pohon Angsana siang tadi tentang GMO's, dan sebagian juga kubaca dari beberapa Tesis dan literatur. Genetically Modified Organism merupakan organisme yang mengalami perubahan secara genetis akibat penggunaan teknologi rekombinasi DNA. Sebagai mana WHO mendefinisikan GMO's ; "Genetically Modified Organisms (GMO’s) can be defined
as organisms in which the genetic material (DNA) has
been altered in a way that does not occur naturally. The technology is often called “modern biotechnology” or “gene technology”, sometimes also “recombinant DNA
technology” or “genetic engineering”. It allows selected
individual genes to be transferred from one organism into
another, also between non-related species.", maka GMO’s
merupakan suatu organism yang DNA-nya telah dirubah secara
tidak alami melalui suatu teknologi sehingga gen yang dimaksud
dapat ditransfer dari satu organisme ke organisme lain dan juga
antara organisme yang berbeda spesies.
Bila bicara kelebihan dan kelemahan dari GMO's tentunya keduannya perlu diketahui. Dari segi kelebihan / manfaat penggunaan produk GMO's :# Produksi tinggi sebagai solusi masalah kemiskinan, kelaparan dan ketahanan pagan.
# Kualitas terjamin menjadi daya tarik dalam peningkatan competitive advantages.
# Kesejahteraan petani meningkat karena peningkatan produksi tani, meningkatkan efisiensi dan produktivitas, nilai ekonomi
produk, memperbaiki nutrisi, nilai palatabilitas dan
meningkatkan masa simpan produk.
Namun disisi lain GMO's juga memiliki kelemahan dan juga dianggap sebagai ancaman. Ditemukan dampak negatif dari GMO’s yang diketahui
mempunyai permasalahan dan resiko sendiri seiring berkembangnya
penggunaan GMO’s tersebut. Produk-produk GMO’s sangat
berpeluang untuk mempengaruhi kesehatan manusia, kesehatan
makanan, serta permasalahan lingkungan yang muncul akibat dari
GMO’s. Hasil penelitian menemukan bahwa penggunaan GMO’s dapat
mempengaruhi lingkungan dan spesies yang ada dalam lingkungan
tersebut, seperti dalam kasus kupu-kupu monarch. Dalam kasus ini,
para peneliti menemukan bahwa sebanyak 40% kupu-kupu mati
setelah memakan serbuk sari Bt-11 yang merupakan jagung
transgenik, ditemukan pula terjadinya peningkatan tingkat kematian
dan pertumbuhan dari kupu-kupu ini yang melambat. Sebagai mana di Indonesia, sebuah kasus penggunaan GMO's terjadi di Sulawesi.
Kasus Monsanto pada tahun 2000 memperlihatkan
adanya dampak terhadap lingkungan atas penggunaan GMO’s. Pada
kasus ini, benih hasil yang disalurkan oleh PT Managro Kimia (anak
perusahaan Monsanto) ditanam di Sulawesi Utara pada tahun 2000,
mereka mengimpor benih “Bollgard” dan “Bt” (kapas transgenik yang
diklaim mempunyai kualitas yang bagus), namun pada kenyataannya
mengalami kegagalan karena menyebabkan tanaman lain terserang
hama dan merusak ekosistem, hingga akhirnya pada tahun 2003
Departemen Pertanian menarik benih tersebut dari Sulawesi Utara.
Dampak lain yang ditimbulkan dari kegagalan tersebut adalah petani
kecil harus menanggung biaya benih yang mahal sebagai konsekuensi
dari perlindungan sekaligus monopoli sistem hak kekayaan intelektual
pada benih transgenik ini, dimana banyak dari petani yang menanam
kapas transgenik ini tidak mampu membayar hutang karena panen
atas benih ini mengalami kegagalan.Selain itu, resiko lain yang bisa saja terjadi yaitu kemungkinan
terjadinya gangguan pada keseimbangan ekologi,
terbentuknya resistensi terhadap antibiotik, dikuatirkan
dapat terbentuknya senyawa toksik, allergen atau
terjadinya perubahan nilai gizi.
Penggunaan benih transgenik atau GMO's tentunya juga akan berdampak pada prilaku petani dalam kegiatan budidaya, dimana penggunaan benih-benih lokal yang menjadi kekayaan dan sumber plasma nutfah akan hilang karena ditinggalkan, serta kegiatan pemuliaan menjadi kian berkurang. Tentunya kembali lagi, dalam hal ini GMO's hanya memberikan keuntungan yang besar kepada pemegang hak paten atau perusahaan, sedangkan dari segi kemandirian, prilaku petani dalam membangun pertanian yang berkelanjutan, mandiri dan mengedepankan konsep kearifan lokal akan terkikis.
Komentar
Posting Komentar