Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Orang Jawa yang Njawani

Ajaran budi pekerti Jawa itu paling unggul, menurutku. Sejak lahir hingga dewasa Ibu, Bapak, Simbah uti, Simbah Kakung, selalu mengajarkan dan memberi contoh bagaimana berprilaku yang sang santun, yang "njawani" . Budi pekerti Jawa itu memperpadukan antara rasa, fikir, dan tindakan yang "njawani" Apa itu njawani ?, Njawani itu terselip nilai-nilai yang inheren. Njawani itu mengerti, refleksi, harmoni,universal, proses yang progresif-simultan. Laku menjadi orang jawa merupakan proses untuk mengerti berbagai realitas baik yang ada di alam pikiran manusia ataupun alam semesta. Bentuk  mengejawantahkan laku yang "njawani"  seperti apa? . "Migunani tumrap karaharjaning urip bebrayan " kalau diartikan berguna bagi kesejahteraan hidup umat manusia juga semesta. Laku yang didasari pada kegunaan bukan hanya diri sendiri tetapi laku yang menyertakan dampak guna untuk yang lainya dan juga semesta dari yang diciptakan Gusti Maha Agung.

Menanti Hasil Test

" Anda sebaiknya melakukan test laborat, sehingga hasil diagnosa saya sementara bisa lebih akurat, kalau kita lihat tadi hasil USG dibagian ..... menunjukan sebuah...... apakah itu berbahaya, dan riwayat penyait J.... anda juga sangat mempengaruhi kondisi anda, dan.......bla-bla" Itu obrolan dengan dokter yang praktik di Klinik...., Senin aku harus menunggu hasi test laborat. Apapun hasilnya ya diterima dengan siap. Mau sehat ya berusaha melawan penyakit, mau sehat ya tubuh tuh diperlakukan dengan baik, mau sehat ya hidup dengan teratur, dah itu saja. Buat bahagia deh, jangan terlalu difikirkan yang penting tuh penyakit diobati, mau pake herbalist, mau pake medis, jangan apatis, apalagi pesimis. Mati tanpa penyakit itu Tuhan yang berkehendak, Hidup dengan umur panjang dengan penykit juga Tuhan yang punya kehendak. Mari bernyanyi, mari jalan-jalan, mari bercanda dengan teman, mari membaca, mari-mari dan mari yang bisa membuat hati bahagia, berfikir lebih positif, dan

Bos Vs Leader

Gambar
"Remember the different a boss and leader, a boss says go !, a leader says let's go.." Heheheh.... Jadi berfikir, jadi mengkoreksi diri, mengkoreksi orang lain. Menjadi Bos apa menjadi Leader? Yang begini ini yang sering mejadi pertanyaan? Itu Bos, suka nyuruh _ nyuruh, karena dia merasa yang punya uang, ini bisa bisa berlaku kalau usahanya Jualan batu bata. Bos yang punya mesin, punya modal buat buat bayar pekerja. Nah kalau dalam sebuah organisasi, non profit lagi, ngurusin kerja-kerja sosial, dapat pembiayaan dari donor, nyusun proposal bareng-bareng, ngerjain proyek bareng itu dikomandoi oleh seorang Leader atau pemimpin. Nah, kalau seorang pemimpin organisasi non profit, menganggap dirinya Bos, itu berarti terjadi "mal-prilaku". Menggapa bisa terjadi seperti itu?. Menurut ku merasa dirinya bos, pola yang digunakan itu prilaku feodal. Kalau didasarkan pada prilaku feodal, Bos itu ngak perlu pintar yang penting dia punya segalannya. Kalau

Saya Nangis Beneran, Bukan Nangis-nangisan

Menangis, dengan cucuran air mata itu satu paket. Kalau sudah seperti itu nangis beneran, bukan nangis buaya atau nangis-nangisan. Menangis itu lumrah. Bayi lahir, keluar dari perut ibu langsung diawali dengan teriakan tangisan. Kalau ngak nangis justru orang yang melihat bayi pada bingung. Menangis itu banyak sebab. Menangis bahagia dapat undian, menangis bahagia dapat pekerjaan, menangis haru karena ketemu teman. Kalau menangis sedih ya seperti menangis ditinggal pacar, menangis kesepian karena menyandang status "Tuna Asmara" atau "Jomblo" , menangis ditinggal mati seseorang dan menangis karena dimarahi. Menangis itu bukan berarti "Cengeng". Menagis adalah cara untuk respon dari akumulasi rasa yang ada pada fikiran. "Saya nangis beneran, bukan nangis-nangisan, karena saya stress, saya tidak punya teman untuk bercerita". Pada kondisi itu menangis bisa menjadi cara untuk mengurai kondisi strass pada diri. Bagaimana menangis bis

Pertemanan, Buat apa?

Diawali hidup dan diakhiri mati. Manusia diciptakan Tuhan ada sebab. Sepertihalnya semut, nyamuk, katak, bunga cempaka, bunga kantung semar, bunga kumis kucing dan semua. Semua yang dari ciptaan-Nya itu saling terkait, saling membutuhkan, saling melengkapai, saling membagi, saling meberi. Dengan manusia Tuhan menganugrahkan sifat sosial, dari itu nalar fikirnya manusia bergerak. Bentuk nalar dari sifat sosial yang diberikan Tuhan adalah dengan saling berteman antara manusia dengan manusia. Manusia dengan hewan, manusia dengan tumbuhan, manusia dengan air, manuasia dengan alam, bahkan manusia dengan batu dan ransel. Tapi sangat menarik itu pertemanan antara manusia dengan manusia. Buat apa pertemanan? Apa manfaatnya?. Dalam sebuah pertemanan itu terselip konsep luhur yang tidak bisa diucapkan secara detail dengan kata. Apa konsep luhur itu? "Kasih". "Filsuf klasik" Aristoteles berpendapat tiga alasan orang menjalin pertemanan, yaitu hedonic/pleasur

Di Tepian Ujung Jalan

Kenapa kau resah datangnya senja? Tidak kah kau tau, pertanda bintang-bintang nampak Kenapa kau takut datangnya malam? Bukan kah gelapnya membawa kita tuk hening Pada persimpangan jalan kita memilih Hendak kemana langkah menuju Bukan tak punya arah kita bergandengan Hanya kebingungan yang mengikuti Kita lihat itu... Di tepian ujung jalan sepasang burung bercengkrama Meski senja menutup samar mereka Kita masih bisa memandanginya Biarkan waktu melaju cepat lewati hari Dan sinar meredup menjadi gelap Pada tepian ujung jalan kita niatkan Menyatu untuk merebah lelah

Ketika Aku Harus Menulis Puisi

Bukan sebuah karya sekelas Sapardi Djoko Damono Hanya sekelas sastra gelandangan Bukan Puisi yang tertuliskan Hanya sebuah sajak pembias fikir Ketika aku harus menulis puisi Taukah kamu, tak terbersit bait yang bisa tertulis Ketika aku harus menulis puisi Taukah kamu, hanya kemurungan yang ku dapati Ketika kata hendak terangkai Tak ada kuat jemari bergerak Ketika aku harus menulis puisi Tak kau dapati bait-bait rasa

Keruh Kopi

Tak akan datang hujan bila Dia tak berkehendak Tak akan berbunga cempaka bila tak berkuncup Tak akan gugur daun bila tak tertiup angin Hari hari penuh lalu lalang Tak seteguk keruh kopi yang terkecup Sinaran kian meredup Hanya seikat lidi yang bisa ku dapat, dan bukan sebatang besi Sisa senja membawa pada rebahan badan Tak seteguk keruh kopi yang terkecup Hingga badan merengkuk di pelataran Hanya gelap malam yang ternikmati Tak akan ada bara bila tak ada api Tak akan ada karang bila tak ada laut Tak akan ada keruh kopi bila tak meracik....

Rasa..

Ingin kembali ke Jogja meletakan keluh rindu dan merebah di pundak mu memandang serta wajah lebar mu rasa ini tak berdusta dan fikir ku pun kalut Di rimba raya Tuhan mempertemukan kita langit biru dan rekahan bunga cempaka menjadi saksi itu dan rasa ini sungguh tak berdusta Hendak ku titipkan rindu pada elang terbang membawakan sebait cerita rindu pada mu namun rasa kian bimbang dan elang pun lepas melayang.. Rasa bergejolak fikir mengajak serta jiwa untuk bersegera ke Jogja bukan alasan untuk pulang ke tanah kelahiran namun melepas rasa pada mu Oh sang bayu.. bawa serta hatinya pada ku malam ini satukan rasa itu di keheningan sinar purnama sebelum langkah ku ke tanah pembayun..