Aku Seorang TKW

"Mar..potok-no aku nyang kene, ko sek tak ndandani rambut ku, ayo mbak sri poto bareng aku", obrolan dengan bahasa jawa itu tak sengaja ku dengar saat 4 orang wanita duduk di depan ku dengan penampilan yang begitu modis dan wajah ber-meke-up, saat kami berada dalam satu ruangan tunggu yang sama disalah satu bandara internasional di negeri ini, kemarin.

Di sisi samping kiri ku duduk dua orang, pria dan wanita yang memperhatikan empat wanita tersebut.

Si pria berbisik kepada teman wanitanya "Itu rombongan TKW yang baru pulang sepertinya, coba lihat dandanannya heheh" ucap si pria yang mengenakan kaos putih bergambar logo sebuah perguruan tinggi negeri terkemuka di Jawa yang bertuliskan Megister Manajemen Pendidikan Tinggi, meskipun pelan tapi masih terdengar juga bisikan itu ditelinga ku. Entah itu merupakan bisikan sebuah penilaian negatif atau yang lainnya.

 " Aku yo arep poto bareng, yo wong papat, pake kamera henpon iki wae, apik hasile, njaluk tulong simbak kui", ucap salah seorang dari empat sekawan itu.
Si mbak Mar pun memberanikan diri berbicara pada ku minta bantuan untuk memfotokan mereka.

 "Mbak bisa minta tolong fotokan" ucap mbak Mar," Oh ya saya fotokan silahkan ngmpul dan ambil posisi dan gaya yang bagus pake senyum ya mbak, biar hasilnya bagus kan ini bukan untuk foto KTP" jawabku. "hehehe" mereka tertawa. "satu dua tiga..crek, sekali lagi mbak satu dua tiga crek", 2 gambar dari kamera handphone pintar milik Mbak Mar hasil jepretan ku pun segera dilihat mereka, "Bagus mbak makasih ya" ucap mbak Mar, "sama-sama Mbak" jawabku.

Sambil melirik dua orang yang duduk di sisi samping kiri ku, aku melihat muka mereka dengan senyuman yang agak mengejek memandangi empat wanita itu.

"Dari mana dan mau kemana Mbak-mbak ini?" tanya ku pada mereka, "Dari Singapur mbak, baru pulang kerja mau pulang ke Lampung" jawab Mbak Sri.

"Oh...saya juga mau ke Lampung, di Singapur kerja dimana Mbak? ucapku. "TKW mbak, di rumah tangga, kami sudah dua tahun disana habis masa kerja" jawab mbak Mar. "Mbak dari mana?" tanyanya pada ku.

 "Saya dari Jakarta, mau pulang ke Lampung" jawab ku. "Kerja dimana Mbak?" tanya mbak Sri pada ku, "Saya juga TKW mbak tenaga kerja wanita, saya jadi TKW untuk bidang lingkungan dan pendampingan masyarakat, hampir sama seperti embak-embak ini ngurusi rumah tangga, kalau saya ngurusi lingkungan, embak di Singapura saya di Indonesia" jawab ku. "Hebat lho mbak panjenengan itu penyumbang pendapatan untuk negara, merantau ke singapura bekerja, yo itu juga membantu mengurangi angka penganguran" ucapku.

 "Iya Mbak, di kampung ndak ada kerjaan, jadi PRT di lampung gajinya kecil, kalau jadi TKW di Singapur lumayan gajinya, bisa ngirimi keluarga dan bisa nabung untuk beli kebon di kampung" ucap mbak Mar.

 "Tapi ya ada suka dukanya Mbak, kalau kangen kelurga ndak bisa pulang jauh, terus kadang-kadang ada orang yang mengangap TKW apayah..rendah lah" ucap Embak rambut panjang salah satu rombongan mereka yang aku tidak tahu siapa namanya. "Apanya yang rendah Mbak?, dari gaji kan lebih tinggi di Singapura bila dibanding bekerja di Lampung" ucapku. "Itu TKW seolah-olah redah" jawabnya. "tidak ada yang rendah mbak, TKW itu penyebutan untuk tenaga kerja wanita bukan hanya untuk yang bekerja di luar negeri, tapi juga yang ada di dalam negeri, nah kalau pekerja pria itu bisa disebut TKP tenaga kerja pria" "Hahahah TKP" tawa Mbak Sri.

 "TKW dan TKP semua sama statusnya sebagai pekerja, kalau embak-empak ini kerja untuk mengurus rumah tangga keluarga, sama halnya dengan petugas-petugas kedutaan di sana mereka mengurus rumah tangga negara yang buka cabang di Singapura ya to heheheh, pejabat wanita itu juga TKW dan pejabat pria itu juga TKP mau dia menteri gubernur kepala dinas itu sama TKW dan TKP, cuma bidang dan luasanya yang beda" ucapku. "heheheh" mereka pun tertawa, dan dua orang yang duduk di sisi sebalah kiri ku pun tersenyum dan tunduk saat aku menatap mereka.

 "Para penumpang Garuda Indonesia dengan nomor seri penerbangan 074 jurusan Tanjung Karang Lampung diharap segera naik ke pesawat melalui pintu sebelah kiri" pengumuman terdengar dari seorang TKP di bandara.

 "Ayo Mbak kita naik ke pesawat bareng-bareng" ucapku.

******************** Kejadian itu semakin membuat ku untuk belajar lebih menghormati dan menghargai profesi apapun itu. Menghargai dan menghormati profesi orang adalah pemenuhan atas hak asasi..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bos Vs Leader

Ohara Hadaka Matsuri / Festival Pria Telanjang

Principles of Agroecology and sustainability